Tugas Kelompok Presentasi
KELOMPOK PENGINDERAAN CITRA DIGITAL
LAND USE AND LAND COVER
Disusun Untuk Membuat Tugas Mata
Kuliah Penginderaan Citra Digital semester VI Tahun Akademik 2015/2016
Oleh
:
Tiara Chika Maulida
|
10070312002
|
Aura Aulia Rahmah
|
10070312009
|
Titi Dwinanda Latin
|
10070312010
|
PROGRAM
STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
ISLAM BANDUNG
2015
M/1436
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini berisikan mengenai latar
belakang, identifikasi masalah, tujuan penulisan dan sistematika pembahasan
terkait dengan studi kasus yang di kaji.
1.1
Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan lapangan kegiatan yang terus menerus dikembangkan karena mempunyai
manfaat sebagai penunjang kehidupan manusia. Berkat hasil ilmu pengetahuan dan
teknologi banyak segi kehidupan itu dipermudah.
Terjemahan : Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” (Q.S. Al-Baqarah
(2) : 31 )
Mereka menjawab:
“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 32)
Manusia,
menurut Al-Quran, memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya
dengan seizin Allah. Karena itu, bertebaran ayat yang memerintahkan manusia
menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali pula
Al-Quran menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang-orang yang berpengetahuan.
Maka dari itu berilmu dan berpengetahuan yang luas lah dan sebarkan ilmu yang
didapatkan agar ilmu yang didapatkan bermanfaat, dengan semakin berkembangnya
teknologi aktivitas yang dilakukan dapat
terbagi atau teratur dengan baik. Selain itu pun juga alam semesta yang ada di
bumi ini merupakan ciptaan Allah SWT dengan segala manfaat yang berguna. Alam
semesta sendiri biasanya di sebut dengan penggunaan lahan dalam suatu bidang
ilmu. Istilah
penggunaan lahan (land use), berbeda
dengan istilah penutup lahan (land cover).
Penggunaan lahan biasanya meliputi segala
jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam
memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis kenampakan yang
ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu. Penggunaan lahan merupakan
aspek penting karena penggunaan lahan mencerminkan tingkat peradaban manusia
yang menghuninya.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, diperoleh beberapa rumusan masalah mengenai
GIS in Planning, yaitu:
1. Apa yang
dimaksud dengan Land Use dan Land Cover?
2. Bagaimana
hubungan antara Penginderaan Citra Digital dengan Land Use dan Land Cover dalam
perencanaan?
3. Apa yang
mempengaruhi perubahan Land Use dan Land Cover?
4. Bagaimana cara
mengatasi dampak perubahan Land Use
dan Land Cover?
1.3
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diperoleh
beberapa tujuan penulisan sebagai berikut.
1.
Mengetahui dan
memahami tentang Land Use dan Land Cover.
2. Mengetahui
dan memahami mengenai hubungan antara Penginderaan Citra Digital dengan Land Use dan Land Cover dalam
perencanaan.
3. Mengetahui pengaruh perubahan Penginderaan Citra
Digital dengan Land Use dan Land Cover.
4.
Mengetahui cara mengatasi dampak perubahan Land Use dan Land Cover.
1.4
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam
penyusunan makalah ini sebagai berikut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab
ini menjelaskan mengenai Latar Belakang, Identifikasi Masalah dan Tujuan
Penulisan dan Sistematika Pembahasan.
BAB 2 DASAR TEORI
Bab
ini menjelaskan tentang kajian teori pengertian Land Use dan Land Cover, klasifikasi
pengunaan lahan, Perubahan Land Use
dan Land Cover, sistem informasi
geografis.
BAB 3 PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang Land
Use dan Land Cover dalam perencanaan serta membahas mengenai studi kasus.
BAB 4 KESIMPULAN
Bab
ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan pembahasan dan studi kasus.
BAB 2
DASAR TEORI
Dalam bab 2 ini terdapat teori-teori yang menjadi dasar
dalam pembahasan data dan analisis pada tugas ini. Teori yang digunakan dalam
tugas ini diuraikan dalam runutan yaitu teori land use dan Landcover, dan
penjelasan mengenai beberapa aplikasi dan analisis berbasiskan Sistem Informasi
(SIG).
2.1
Pengertian Land Use dan Land Cover
Menurut Barret dan Curtis pada
(Sanjaya, 2006), Land Cover (Tutupan
Lahan) adalah kenampakan alamiah bumi seperti vegetasi, biota,
tanah, topografi, gunung, hutan, air bawah tanah, struktur buatan manusia, dan sebagainya. Dengan kata
lain Land
Cover merupakan hamparan biofisik dari sebagian
permukaan bumi termasuk di bawahnya. Sedangkan Land Use
(Tata Guna Lahan) adalah kenampakan bumi hasil aktivitas manusia, seperti
sawah, ladang, tempat rekreasi, bangunan
dan sebagainya. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa Land Use mengacu pada kenampakan bumi
atau tutupan lahan bumi yang digunakan untuk aktivitas manusia, sedangkan Land Cover mengacu pada kenampakan
alamiah bumi tanpa adanya aktivitas manusia (Muttaqin, 2008).
2.1.1
Klasifikasi Penggunaan Lahan
Klasifikasi penggunaan lahan
merupakan pedoman atau acuan dalam proses interpretasi apabila data pemetaan
penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi supaya
data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahami. Sedangkan para
ahli berpendapat Penggunaan lahan yaitu segala macam campur tangan manusia,
baik secara menetap maupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumberdaya
alam dan sumberdaya buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan
tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun
kedua-duanya (Malingreau, 1978).
Pengelompokan objek-objek ke
dalam kelas-kelas berdasarkan persamaan dalam sifatnya, atau kaitan antara
objek-objek tersebut disebut dengan klasifikasi. Menurut Malingreau (1978),
klasifikasi adalah penetapan objek-objek kenampakan atau unit-unit menjadi
kumpulan-kumpulan di dalam suatu sistem pengelompokan yang dibedakan
berdasarkan sifat-sifat yang khusus berdasarkan kandungan isinya. Klasifikasi
penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses interpretasi apabila
data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan
klasifikasi supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah
dipahami.
Sistem klasifikasi penggunaan
lahan yang digunakan adalah sistem klasifikasi penggunaan lahan menurut
Malingreu. Dalam suatu kerangka kerja, menurut Dent (1981) dalam membuat
klasifikasi penggunaan lahan dibagi menjadi tingkatan-tingkatan yang terbagi
menjadi kelompok-kelompok sebagai berikut :
a.
Land
cover/land use Order (cover type)
b.
Land
cover/land use Cover Classes
c.
Land
cover/land use Sub-Classes
d.
Land
cover/land use Management Units (comparable to land utilization types).
Dari klasifikasi tersebut oleh
Malingreu diubah menjadi 6 kategori sebagai berikut :
v Land cover/land use Order e.g.
vegetated area
v Land cover/land use Sub-Order
e.g. cultivated area
v Land cover/land use Family
e.g. permanently cultivated area
v Land cover/land use Class e.g.
Wetland rice (sawah)
v Land cover/land use Sub-Class
e.g. irrigated sawah
v Land Utilization Type e.g.
continous rice.
Sebuah penggunaan lahan dan tutupan lahan sistem
klasifikasi yang efektif dapat menggunakan orbital dan tinggi-ketinggian. Data sensor jarak jauh harus
memenuhi kriteria sebagai berikut (Anderson, 1971):
v Tingkat minimum ketelitian
interpretasi dalam identifikasi penggunaan lahan dan tutupan lahan kategori
dari data sensor remote harus setidaknya 85 persen.
v Ketepatan interpretasi untuk
beberapa kategori harus sekitar sama.
v Hasil Repeatable atau berulang
harus diperoleh dari satu juru lain dan dari satu waktu penginderaan yang lain.
v Sistem klasifikasi harus
berlaku di daerah yang luas.
v Kategorisasi harus
memungkinkan vegetasi dan jenis-jenis tutupan lahan yang akan digunakan sebagai
pengganti aktivitas.
v Sistem klasifikasi harus cocok
untuk digunakan dengan data sensor remote yang diperoleh pada waktu yang
berbeda tahun.
v Efektif menggunakan
subkategori yang bisa diperoleh dari survei tanah atau dari penggunaan skala
yang lebih besar atau data sensor remote ditingkatkan harus mungkin.
v Agregasi kategori harus
mungkin.
v Perbandingan dengan data
penggunaan lahan di masa depan harus mungkin.
v Penggunaan beberapa tanah
harus diakui bila memungkinkan.
2.1.2
Perubahan Land Use dan Land Cover
Menurut Malingreau (1979),
penggunaan lahan merupakan campur tangan manusia baik secara permanen atau
periodik terhadap lahan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan
kebendaan, spiritual maupun gabungan keduanya. Penggunaan lahan merupakan unsur
penting dalam perencanaan wilayah.
Bahkan menurut Campbell (1996), disamping sebagai faktor penting dalam
perencanaan, pada dasarnya perencanaan kota adalah perencanaan penggunaan
lahan.
Kenampakan penggunaan lahan
berubah berdasarkan waktu, yakni keadaan
kenampakan penggunaan lahan atau posisinya berubah pada kurun waktu tertentu.
Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi secara sistematik dan non-sistematik.
Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang, yakni
tipe perubahan penggunaan lahan pada lokasi yang sama. Kecenderungan perubahan
ini dapat ditunjukkan dengan peta
multiwaktu. Fenomena yang ada dapat dipetakan berdasarkan seri waktu, sehingga
perubahan penggunaan lahan dapat diketahui. Perubahan non-sistematik terjadi
karena kenampakan luasan lahan yang mungkin bertambah, berkurang, ataupun
tetap. Perubahan ini pada umumnya tidak linear karena kenampakannya
berubah-ubah, baik penutup lahan maupun lokasinya (Murcharke, 1990).
Penggunaan lahan mencerminkan
sejauh mana usaha atau campur tangan
manusia dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungannya. Data penggunaan/tutupan
lahan ini dapat disadap dari foto udara secara relatif mudah, dan perubahannya
dapat diketahui dari foto udara multitemporal. Teknik interpretasi foto udara
termasuk di dalam sistem penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan ilmu
dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan
cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak
langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer,
1997).
Pada konsep dasar, perubahan pada land use
& cover, yaitu berubahnya luasan area (membesar/mengecil) pada suatu
tutupan dan guna lahan. Penting diketahui, besarnya perubahan ini bergantung juga
pada skala spasial yang digunakan. Perubahan
pada Land Use & Cover, terdiri
dari 2 bentuk:
1) Land Cover Conversion
Land
Cover Conversion yaitu
perubahan dari satu jenis penutup lahan ke jenis lainnya. Contohnya forest
> agriculture land, agriculture land > built-up land
2) Land Cover Modification
Land
Cover Modification yaitu
perubahan pada struktur dan fungsi lahan tanpa merubah jenis tutupan lahan dari
satu ke lainnya. Contohnya lahan agricultural (pertanian) ditanami
palawija (perkebunan), ini merubah produktivitas dan kadar biomassa.
Gambar 2.1 Skematik
Hubungan Land Use dan Land Cover
(Sumber:
googlepicture.com)
Land Use Change dan Land Cover Change saling
mempengaruhi satu sama lain, hal ini dapat dilihat pada penjelasan berikut.
Ø LC Change > LU Change
Agriculture ke Built-up land (persekolahan), karena
adanya demand akan kawasan sekolah, lahan tani berubah jenis sehingga berubah
fungsi pakai.
Ø LU Change > LC Change
Kawasan Pelabuhan yang pada awalnya digunakan sebagai
tempat berlabuh kapal penumpang dan barang, seiring waktu berubah menjadi
kawasan komersial bahkan kawasan tourist
development, contohnya Selat Malaka.
Asal mula faktor pendorong perubahan guna dan tutupan
lahan yaitu sebagai berikut.
1) Faktor
Biofisik
Faktor Biofisik yaitu karakter dan proses alami dari
lingkungan, seperti cuaca variasi iklim, landform,
topography, soil types, dan sebagainya.
2) Faktor
Sosio-Ekonomi
Meliputi demografi, sosial, ekonomi, faktor-faktor politik dan kelembagaan, dan
proses seperti perubahan populasi,
struktur industri dan perubahannya, teknologi,
keluarga, pasar, aturan,
nilai-nilai, organisasi masyarakat
dan norma-norma.
Faktor utama berkontribusi dalam proses perubahan yaitu sebagai berikut.
1) Human Driving Forces
Human driving
forces merupakan kekuatan utama yang merupakan dasar dari kekuatan sosial yang
menghubungkan antara manusia dengan alam dan menyebabkan perubahan lingkungan
secara global.
2) Human Mitigation Forces
Human mitigation forces yaitu merupakan kekuatan yang
menghambat, mengubah atau melawan human
driving forces.
3) Proximate Driving Forces
Proximate
driving forces merupakan aktifitas akhir yang merupakan hasil
gabungan antara interaksi faktor pendorong manusia dan faktor pencegahnya yang
secara langsung menyebabkan transformasi lingkungan, baik melalui penggunaan
sumber daya alam.
Gambar 2.2
Skematik Hubungan Antar Faktor Utama
(Sumber:
googlepicture.com)
Guna lahan dan
tutupan lahan dihubungkan melalui proximate
causes of change, yang menterjemahkan target manusia dalam guna lahan ke
dalam perubahan secara fisik tutupan lahan. Perubahan lahan yang menyebabkan
perubahan tutupan lahan dibentuk oleh human
driving yang menentukan arah dan intensitas dari guna lahan (Turner dan
Meyer, 1994).
Gambar 2.3
Hubungan Antara Manusia dengan Land Use dan Land Cover
(Sumber:
googlepicture.com)
Penggunaan foto udara sebagai
sumber informasi sudah meluas dalam berbagai aplikasi. Hanya saja untuk dapat
memanfaatkan foto udara tersebut diperlukan kemampuan mengamati keseluruhan
tanda yang berkaitan dengan objek atau fenomena yang diamati. Tanda-tanda
tersebut dinamakan kunci pengenalan atau
biasa disebut dengan unsur-unsur interpretasi. Unsur-unsur tersebut meliputi :
rona/warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, situs, asosisasi, dan konvergensi
bukti (Sutanto, 1997). Untuk dapat melakukan interpretasi penggunaan lahan
secara sederhana dan agar hasilnya mudah dipahami oleh orang lain (pengguna),
diperlukan panduan kerja berupa sistem klasifikasi penggunaan lahan/tutupan
lahan.
2.2
Sistem Informasi Geografis
Menurut Stanley Aronoff dalam
pustaka (Prahasta, 2009), sistem informasi geografis adalah sistem yang
berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi
informasi-informasi geogradi. Sistem informasi geografis dirancang untuk
mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi
geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisa.
Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan
berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi :
a.
Masukan
data
b.
Manajemen
data (Penyimpanan dan pemanggilan data
c.
Analisis
dan manipulasi data
d.
Keluaran
data
SIG
mampu melakukan analisis-analisis terhadap dunia nyata dengan berbasiskan data
spasial
2.2.1 Aplikasi
SIG
Dengan memperhatikan
pengertian, definisi-definisi dan cara kerja, maka SIG mampu :
1.
Pertanyaan
Konseptual (queries)
Pertanyaan
konseptual yang dapat dilakukan oleh SIG antara lain :
v Mencari keterangan
(atribut-atribut) mengenai unsur peta yang terdapat pada lokasi tertentu atau
posisi-posisinya ditentukan
v Mengidentifikasi unsur peta
yang deskripsinya (salah satu atau lebih attributnya) ditentukan SIG dapat
menentukan lokasi yang memenuhi beberapa syarat atau kriteria sekaligus
v Melakukan analisis
kecenderungan perubahan atau trend spasial maupun attribut dari berbagai
unsur-unsur peta
2.
Fungsi
Analisis Spasial
a.
Klasifikasi
(reclassify)
Fungsi ini mengklasifikasikan
kembali suatu data spasial atau attribute menjadi data spasial yang baru dengan
menggunakan kriteria tertentu. Contohnya pengklasifikasian ketinggian permukaan
bumi menjadi kriteria kemiringan tertentu.
b.
Network (jaringan)
Fungsi
ini merujuk data spasial titik-titik (point)
atau garis-garis (lines) sebagai
suatu jaringan yang tidak terpisahkan. Fungsi-fungsi ini sering digunakan di
dalam bidang transportasi dan utility (misalnya jaringan kabel, jaringan pipa dan
lain-lain). Slah satu aplikasi fungsi network adalah perhitungan jarak terdekat
antara dua titik.
c. Overlay
Fungsi
ini menghasikkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang menjadi
masukkannya. Sebagai contoh, untuk menghasilkan wilayah-wilayah untuk budidaya
tanaman dibutuhkan data ketinggian, kadar air tanah, dan jenis tanah.
d. Buffering
Fungsi
ini menghasilkan data spasial baru yang berbentuk polygon atau zona dengan
jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukkannya. Data spasial masukan
tersebut akan menjadi pusat dari zona baru yang terbentuk.
e. 3D
Analysis
Fungsi
ini terdiri dari sub-sub fungsi yang
berhubungan dengan presentasi data spasial dalam ruang dimensi. Fungsi analisis
spasial ini banyak menggunakan fungsi interpolasi.
f. Digital
Image Processing
Fungsi
ini dimiliki oleh perangkat SIG yang berbasiskan raster. Karena data spasial
pemukaan bumi banyak didapatkan dari perekaman data satelit yang berformat
raster.
2.2.2
Interpretasi Citra Digital
Citra digital merupakan data
rekaman sensor representasi dua dimensi dari objek di dunia nyata terihat dari
ruang angkasa atau foto udara. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, citra
digital memiliki resolusi yang berbeda-beda. Citra di digital memiliki resolusi
yaitu resolusi spasial, resolusi radiometrik, resolusi temporal dan resolusi
spektral.
1.
Resolusi
Spasial
Resolusi
spasial adalah tingkat ukuran objek terkecil di permukaan bumi yang dapat
dikenali, dibedakan yang dibatasi oleh ukuran pixel. Sebagai contoh, Landsat
ETM memiliki resolusi 30 meter, dengan kata lain, satu pixel dalam citra Landsat
ETM memiliki jarak terkecil 30 m.
2.
Resolusi
Radiometrik
Resolusi
radiometrik merupakan tingkat intensitas terkecil yang dapat dideteksi oleh
sistem sensor satelit yang bersangkutan. Pada citra digital, resolusi ini
dibatasi oleh tingkat kuantisasi diskrit yang digunakan untuk mendigitasi hasil
intensitas yang sebenarnya bersifat kontinyu. Dengan kata lain, resolusi
radiometrik pada citra digital diwakili oleh tipe yang digunakan untuk
merepresentasikan nilai-nilai intensitas yang bersangkutan, seperti 8 bit – 16
bit dan sejenisnya.
3.
Resolusi
Temporal
Resolusi
temporal merujuk pada sistem satelit saat melakukan pengampilan gambar citra
digital pada bagian permukaan bumi yang sama secara berurutan. Sebagai contoh,
resolusi temporal Landsat 5 adalah 16 hari, dengan kata lain satelit landsat
dapt mengambil gambar yang sama setiap 16 hari.
4.
Resolusi
Spektral
Resolusi
spektral merupakan batas-batas spektral, domain atau lebar band (radiasi elektromagnetik) yang direkam oleh system sensor
satelit yang bersangkutan. Dengan kata lain, resolusi ini merujuk pada
kemampuan sensor dalam mendefinisikan interval panjang gelombang
elektromagnetik secara halus.
BAB 3
PEMBAHASAN
Secara global, kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan energi
yang meningkat telah memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan lebih di
negara-negara berkembang, seperti India yang berjuang untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi untuk mempertahankan populasi manusia yang terus tumbuh.
Hal ini mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam akibat kegiatan seperti
deforestasi, secara berlebihan, budidaya lahan marjinal, pertambangan dan
industrialisasi untuk pertemuan meningkatnya permintaan untuk makanan, bahan
bakar dan serat. Secara global, 1964400000 ha lahan dipengaruhi oleh manusia
yang disebabkan degradasi (Dwivedi 2002). India diberkahi dengan beragam sumber
daya mineral dan industri pertambangan sehingga merupakan salah satu industri
utama negara (Mehta, 2002). Kehadiran deposit mineral besar ekologis sensitif
daerah mengancam hutan India sudah rentan. Total luas hutan di 50 kawasan
memproduksi mineral utama di India menyumbang 18% dari total tutupan hutan di
negara itu. Pemerintah memperkirakan menunjukkan pengalihan 95.003 ha lahan
hutan untuk pertambangan antara tahun 1980 dan 2005, sementara CSE menempatkan
ke 164.610 ha (CSE 2009; Greenpeace 2011). Namun, kurangnya teknologi yang
ramah lingkungan telah menyebabkan host efek yang tidak diinginkan pada ekosistem.
Operasi pertambangan, yang melibatkan ekstraksi mineral
dari kerak bumi, cenderung membuat dampak penting terhadap lingkungan, lansekap
dan komunitas biologis bumi (Bell et al. 2001) dampak an dapat dilihat dalam
bentuk deforestasi, air dan polusi udara, perubahan pola curah hujan dan iklim
setempat, depleting keseimbangan air dan banyak lainnya (Mehta 2002; Reddy
1993). Daerah besar negara terganggu oleh pertambangan dan kegiatan
antropogenik lainnya yang melibatkan produksi industri, transportasi dan pertumbuhan
perkotaan (Pandey 2005; Reddy 1993). Singrauli, ibukota energi India terdiri
dari salah satu coalfields paling penting di India, baik dari segi cadangan dan
produksi.
Kegiatan tambang skala besar telah menghasilkan banyak
stres lingkungan tidak hanya pada LULC tapi juga pada ekosistem di wilayah ini (Greenpeace
2011;. Singh et al 1997). Yang sedang berlangsung eksploitasi daerah untuk air
permukaan, air tanah, batubara, bahan bangunan, pembuangan limbah industri yang
tidak aman telah mengatakan bahwa album ini sebagai zona sensitif lingkungan
(Singh et al. 2003). Kegiatan pertambangan telah mengakibatkan pembuangan besar
overburden yang dikenal sebagai tambang merusak, yang secara fisik, gizi dan
mikrobiologi merupakan habitat yang miskin. Sistem ini terganggu drastis sangat
rentan terhadap erosi dan dapat menyebabkan kontaminasi sungai dan berbatasan
lahan pertanian dengan zat berbahaya yang dapat larut melalui air hujan (Singh, 2007). Selain itu,
penambangan batu gamping, pembentukan pembangkit listrik termal, pabrik semen
dan pembangunan Gobind Ballabh Pant Sagar Reservoir pada tahun 1960 telah
mengakibatkan peningkatan pesat populasi manusia, perpindahan penduduk asli,
deforestasi dan konversi hutan alam ekosistem ke padang rumput dan lahan pertanian
marjinal.
Ekosistem dikonversi berada di bawah tekanan biotik
besar. Curah hujan sedikit dan tidak menentu, tanah sangat lapuk dan miskin,
dan akibatnya hutan alam, serta ekosistem yang berasal rapuh. Tanda-tanda
penggurunan yang luas (Singh et al. 1991). Oleh karena itu, adalah penting
untuk menganalisis dampak tersebut dalam hal domain spasial dan temporal dan
dengan waktu, pentingnya pemetaan dan pemantauan perubahan LULC telah banyak
diakui oleh komunitas ilmiah. Penginderaan jauh dan sistem informasi geografis
(GIS) adalah alat penting untuk menilai dan memantau dampak lingkungan akibat
cakupan sinoptik dan cakupan berulang ruang ditanggung citra ke mendeteksi
perubahan di berbagai resolusi dan dengan demikian menghasilkan informasi
tentang dinamika perubahan LULC untuk perencanaan suara dan pengambilan
keputusan biaya-efektif (Giriraj et al 2008; Joshi et al 2006; Navalgund et al
2007; Prakash & Gupta 1998; Ricketts 1992 ).
Menjaga di atas dalam pandangan, upaya yang dilakukan
untuk memetakan distribusi spasial dari kegiatan pertambangan dengan bantuan
LULC dan mengukur perubahan dari waktu ke waktu di distrik Singrauli, Madhya
Pradesh menggunakan citra satelit multi-tanggal selama tiga periode waktu,
yaitu, tahun 1978, 1991 dan 2010. Upaya juga dilakukan untuk menganalisis
dampak perubahan LULC tentang dampak lanskap menggunakan Markov probabilitas
transisi dan lanskap metrik.
3.1
Studi Kasus
Distrik Singrauli muncul pada
tanggal 24 Mei 2008, sebagai distrik ke-50 negara bagian Madhya Pradesh, dengan
kantor pusatnya di Waidhan. Telah dibentuk dengan memisahkan tiga tehsils
distrik Sidhi bekas, yaitu, Singrauli, Deosar dan Chitrangi. Singrauli adalah Kawasan
paling timur negara bagian Madhya Pradesh dan berbatasan dengan negara bagian
Uttar Pradesh di utara dan bagian timur, Chhattisgarh di selatan dan bagian
barat berbatasan dengan Kawasan tetangga Sidhi, Madhya Pradesh (Gbr. 1). Distrik
ini meliputi area seluas 5.672 km2 dan memiliki populasi manusia dari 1,18 juta
menurut sensus 2011. Pada dekade (2001 - 2011) laju pertumbuhan penduduk
diperkirakan 28,03%. Iklim yang musiman tropis dengan suhu mencapai hingga 48 °
C selama bulan Juni dan turun ke 6 ° C pada bulan Januari. Curah hujan
bervariasi dari 90 -100 cm, 90% di antaranya terjadi antara bulan Juni dan
September (Singh 2007). Daerah ini terdiri dari dua unit geomorfologi yang
berbeda, daerah dataran tinggi yang terdiri dari daerah yang dicakup oleh blok
pertambangan di bagian utara dan dataran di bawah dataran tinggi dibentuk terutama
oleh lembah Sungai Rihand dan anak-anak sungainya. Topografi bergelombang telah
melahirkan berbagai jenis tanah di ketinggian yang berbeda. Ini bervariasi dari
liat pasir tanah liat. Warna tanah ini bervariasi dari merah ke kuning (Das et
al. 2007). Tempat sebelumnya dikenal sebagai Shringavali, dinamai bijak
Shringi, itu sekali waktu yang dicakup oleh moderat kepadatan yang baik hutan
gugur kering dengan banyak hewan liar. Saluran yang menanggung tekanan berat
dari penggembalaan serta koleksi kayu bakar oleh masyarakat setempat (Singh
2007). Jenis hutan yang tercatat di daerah penelitian yang kering hutan
Semenanjung Sal, Northern kering hutan gugur campuran, hutan Boswellia dan
Selatan Kering Campuran hutan gugur (Das et al. 2007). Beberapa spesies utama
di hutan ini Acacia catechu, Anogeissus latifolia, Palasa, Diospyros melanoxylon,
Bassia latifolia, Bungur parviflora, Terminalia bellirica, Boswellia serrata,
Holarrhena antidysenterica dan Dendrocalamus strictus (Singh 2007). Daerah di
bagian timur dari Madhya Pradesh dan bagian selatan berbatasan Kawasan
Sonebhadra di Uttar Pradesh secara kolektif dikenal sebagai Singrauli. Ini
memiliki cadangan batubara terbesar di India. Pemandangan dari Singrauli
demikian ditandai dengan GB Pant Sagar atau Rihand Reservoir dan tambang
batubara yang luas, beberapa pembangkit listrik yang super panas dan baik
jumlah industri (Pandey 2005).
3.2
3.2 Hasil dan Diskusi
Gambar 3.1
Contoh Perubahan Land Use dan Land Cover pada kawasan Singrauli
(Sumber:
googlepicture.com)
Tabel 1
Gambar diatas menggambarkan sembilan kelas LULC disusun
untuk yaitu tiga periode
pada
tahun 1978, 1991
dan 2010. Daerah yang tercakup dalam masing-masing kelas dan perubahan di
daerah diberikan dalam Tabel 1. Tiga kelas hutan yaitu, hutan lebat (kerapatan
kanopi lebih dari 40%), hutan terbuka (kerapatan kanopi antara 10 dan 40%) dan
scrub (kerapatan kanopi kurang dari 10%) (FSI 2010) yang diturunkan berdasarkan
interpretasi citra satelit dan kebenaran tanah. Ditemukan bahwa daerah
punggungan yang lebih tinggi terutama ditutupi oleh hutan lebat atau terbuka
saat tanah scrub yang ditemukan di daerah dataran rendah. Dataran dan dataran
rendah yang didominasi oleh lahan pertanian dan lahan bera. Daerah dibangun
yang didistribusikan dengan baik di seluruh wilayah, sebagian besar dari mereka
terjadi di sekitar lahan pertanian. Di antara tahun 1978 dan 2010 daerah di
bawah hutan lebat dan hutan terbuka telah menurun, sementara semak belukar meningkat
selama tahun 1978 dan 1991 dan kemudian menurun antara tahun 1991 dan 2010.
Perubahan ini dapat sebagian besar disebabkan deforestasi dan degradasi awalnya
tapi penipisan selama dekade terakhir. Vegetasi alami di daerah Singrauli telah
menderita kerugian besar akibat tambang batu bara, makan unit tenaga panas dan
juga karena dampak buruk pada vegetasi karena partikulat deposisi dll dan
situasi lingkungan yang sulit untuk bertahan hidup (Pandey 2005). Area di bawah
lahan pertanian dan daerah built-up menyaksikan peningkatan yang konstan selama
bertahun-tahun. Area di bawah tambang meningkat secara signifikan dari 4,82 km2
pada tahun 1978 ke area 33,29 km2 pada tahun 2010. Peningkatan aktivitas
pertambangan menyebabkan pertumbuhan populasi manusia dengan peningkatan yang
sesuai di daerah built-up dan lahan pertanian. Pembentukan proyek tenaga panas
super (Sharma & Singh 2009;. Singh et al 1997) mengakibatkan peningkatan
substansial dalam populasi manusia (Pandey 2005;. Singh et al 1991) karena
migrasi dari perbatasan dan tempat-tempat jauh (Pandey 2005). Data lapangan
yang digunakan untuk menghitung akurasi LULC peta 2010 menggunakan metode umum
'kebingungan matriks' (Zhou et al. 2004). Akurasi keseluruhan peta adalah
78,92% dengan koefisien Kappa dari 0,73.
3.3
Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan untuk perubahan penggunaan
lahan adalah citra satelit dari analisis Landsat MSS, TM dan IRS LISS-III untuk
periode tiga waktu yang digunakan. Seri Landsat (MSS dan TM) data yang tersedia
dengan Global Land Penutup Jaringan (GLCF) digunakan untuk memetakan LULC 1978
dan 1991 masing-masing. Perubahan terbaru dipetakan menggunakan IRS P6 LISS III
data 2010, diperoleh dari Penginderaan Jauh Pusat Nasional (NRSC), Hyderabad.
IRS P6 LISS III citra tahun 2010 geometris dikoreksi dengan menggunakan
orto-dikoreksi citra seri Landsat sebagai acuan dan geo-referenced ke UTM
sistem koordinat (Zona 44), WGS84 datum. Tiga periode waktu diperbaiki adegan
dipotong berdasarkan batas kawasan menggunakan alat AOI di Erdas. Penggunaan
lahan / klasifikasi tutupan lahan karena resolusi spasial dan spektral sensor
yang berbeda bervariasi secara signifikan, kemampuan untuk membedakan tutupan
lahan juga sangat bervariasi (Zhou et al. 2004). Untuk menghilangkan efek dari
berbagai resolusi spektral dari gambar masukan, standard FCCS (warna komposit
palsu) yang dihasilkan untuk pemetaan penggunaan lahan (Prakash & Gupta
1998). Citra satelit 1978, 1991 dan 2010 adalah layar visual ditafsirkan dan
diklasifikasikan menggunakan klasifikasi tak terawasi (ISODATA teknik) dalam perangkat
lunak Erdas. Gambar rahasia yang dibersihkan dengan menggunakan proses recode. Pemukiman,
badan air dan sungai ditangkap secara terpisah menggunakan alat AOI dan
kemudian direcode (Areendran et al. 2011). Verifikasi lapangan dari hasil akhir dilakukan
untuk menghitung akurasi LULC saat tahun 2010 dan untuk lebih memahami dinamika
perubahan. Survei lapangan dilakukan di musim hujan pasca. Titik acak dipilih
dan di setiap lokasi pola penggunaan lahan yang ada dan informasi koordinat
tercatat turun dengan bantuan Global Position System (GPS).
BAB 4
KESIMPULAN
Dalam perencanaan dan pengembangan suatu wilayah, diperlukan
antara lain peta tutupan lahan. Dalam pembuatan peta tutupan lahan, dapat
dilakukan dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, misalnya dengan menganalisa melalui citra digital dengan menggunakan analisis
Landsat MSS, TM dan IRS LISS-III untuk periode tiga waktu yang digunakan. Sebab suatu
kawasan dapat dianalisa perubahannya melalui citra digital dengan melihat
periode dari tahun ke tahun.
Perubahan penggunaan lahan Kawasan Sangrauli
berdasarkan interpretasi penginderaan citra digital dilihat dari tiga periode pada tahun 1978, 1991 dan 2010 pada bab
sebelumnya diketahui bahwa terjadinya peningkatan lahan terbangun pada sekitar
kawasan pertanian dan terjadinya penurunan luas lahan hutan lebat dan hutan
terbuka.
Jadi penginderaan citra digital sangat berguna
untuk menggambarkan dan meninjau perubahan suatu kawasan serta melihat kondisi
potensi suatu kawasan, baik dari segi Land
Use maupun Land Cover. Oleh
karena itu, perlu seorang perencana untuk mempelajari penginderaan citra
digital dan mengaplikasikannya pada tata ruang agar terciptanya ruang yang
aman, nyaman, dan produktif, serta berkelanjutan.
DAFTAR REFERENSI
http://jembatan4.blogspot.com/2013/08/klasifikasi-penggunaan-lahan-dan.html. Diunduh pada tanggal 9 April
2015. Pukul 19.08 WIB
http://punyauchti.blogspot.com/2013/05/tata-guna-lahan-land-use.html. Diunduh pada tanggal 9 April
2015. Pukul 19.10 WIB.
http://www.scribd.com/doc/169808767/pengertian-Land-use-dan-land-cover-menurut-para-MAGISer#scribd. Diunduh pada tanggal 9 April
2015. Pukul 19.13 WIB.
https://titikcerah.files.wordpress.com/2012/10/brassoulis2-land-use-change-modelling.pdf. Diunduh pada tanggal 9 April
2015. Pukul 19.13 WIB.
No comments:
Post a Comment