Pertemuan IV (Resume PCD)
Koreksi Radiometrik
Koreksi
Radiometrik merupakan proses untuk memperbaiki kualitas visual citra, dalam hal
memperbaiki nilai piksel yang tidak sesuai dengan nilai pantulan atau pancaran
spektral objek yang sebenarnya. Koreksi ini bertujuan untuk memperbaiki
kualitas visual suatu citra dan nilai piksel yang tidak sesuai dengan nilai
sebenarnya. Kecerahan
dari permukaan citra diatas bisa disebabkan oleh kondisi atmosfir, sudut sinar
matahari, dan sensitifitas sensor. Secara umum
langkah melakukan koreksi radiometrik dengan cara melihat statistik citra dan
memperhatikan nilai minimum yang terkandung dalam suatu citra. Nilai minimum
suatu citra harus 0 dan apabila nilai minimum belum mencapai 0, maka nilai
statistik harus dikurangi agar nilainya 0, langkah inilah yang dinamakan dengan
koreksi radiometrik.
Koreksi
radiometrik merupakan tahap awal pengolahan data sebelum analisis dilakukan
untuk suatu tujuan seperti untuk identifikasi liputan lahan pertanian. Proses
koreksi radiometrik mencakup koreksi- koreksi efek- efek yang berhubungan
dengan sensor untuk meningkatkan (enhancement)
setiap piksel (picture element) dari
citra, sehingga objek yang terekam mudah diinterpretasikan atau dianalisis
untuk menghasilkan data yang benar dan sesuai dengan keadaan di lapangan.
Menurut Andree Ekadinata et al (2008: 48- 49) mengatakan bahwa koreksi
radiometrik adalah proses untuk meniadakan gangguan (noise) yang terjadi akibat pengaruh atmosferik maupun karena
pengaruh sistematik perekaman citra.
Koreksi radiometrik sendiri memiliki
berbagai macam metode untuk melakukan koreksi radiometric pada citra satelit.
Metode yang paling sederhana adalah metode DOS (Dark Object Substraction) yaitu mengasumsikan bahwa nilai digital
objek tergelap di permukaan bumi haruslah nol. Nilai digital pada masing-
masing saluran (band) disebuah citra
satelit tidak selalu nol. Koreksi radiometrik menggunakan DOS dengan asumsi
dapat mengurangi nilai digital pada masing- masing kanal sehingga didapatkan
nilai nol untuk objek dengan pantulan rendah. Jika y adalah nilai spectral
masing- masing piksel dan kisarannya adalah ymin – ymax
maka koreksi radiometrik menggunakan DOS adalah:
ykoreksi = y - ymin
Misalnya
saluran (band) 1 di citra Landsat memiliki
rentang nilai antara 25- 230. Nilai minimum 25 merupakan kesalahan karena nilai
seharusnya adalah nol. Koreksi radiometrik dilakukan dengan persamaan sebagai
berikut:
Nilai piksel terkoreksi = nilai
piksel – 25
Nilai piksel
merupakan hasil bit coding informasi spectral dari obyek bayangan di permukaan
bumi. Informasi spectral ini mencapai detector pada sensor dalam bentuk
radiansi spectral dengan satuan miliWatt cm-2sr-1µm-1.
Secara teoritik, pada suatu sistem penginderaan jauh ideal, nilai pantulan
spectral yang terekam di detector. Namun pada spectrum tampak dan perluasannya
(0,36 – sekitar 0,9 µm), informasi spectral obyek di permukaan bumi biasanya
mengalami bias, karena ada hamburan dari obyek lain di atmosfer, khususnya
partikel debu, uap air dan gas triatomik. Dengan adanya bias maka diperlukan
koreksi untuk memperbaiki nilai piksel supaya sesuai dengan yang seharusnya.
Rumus umum koreksi nilai piksel pada setiap scene
adalah dengan mengurangi setiap nilai citra yang akan dikoreksi dengan nilai
bias (Abdur Rahman, 2011: 24):
BVterkoreksi
= BVahli – bias
Pencarian
nilai bias dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan penyesuaian
histogram (histogram adjustment),
penyesuaian regresi, kalibrasi bayangan (shadow
calibration), dan metode pencar (metode
bronsveld). Selain metode DOS masih banyak metode lain yang
dapat digunakan untuk melakukan koreksi radiometrik. Berikut pendeskripsian
mengenai metode- metode tersebut, yaitu koreksi relatif, koreksi absolut dan
koreksi atmosfer:
1) Koreksi relatif merupakan proses koreksi radiometrik
yang dilakukan pada citra dengan sensor yang sama akan tetapi direkam pada
waktu yang berbeda. Proses koreksi dilakukan dengan membangun korelasi
berdasarkan nilai spektral pada lokasi- lokasi yang tidak mengalami perubahan
di kedua citra tersebut. Koreksi ini biasanya dilakukan untuk dalam proses
pemetaan tutupan lahan multiwaktu (time
series).
2)
Koreksi absolut merupakan koreksi radiometric yang
mengubah kembali nilai digital menjadi nilai pantulan sinar matahari yang
sebenarnya. Faktor- faktor yang dipertimbangkan dalam koreksi ini adalah
mencakup sudut elevasi matahari, jarak bumi- matahari dan sebagainya.
3) Koreksi atmosfer merupakan salah satu algoritma
koreksi radiometrik yang relatif baru. Koreksi ini dilakukan dengan
mempertimbangkan berbagai parameter atau indikator atmosfer dalam proses
koreksi termasuk faktor musim dan kondisi iklim di lokasi perekaman citra
(misalnya tropis, sub-tropis dan lain- lain). Efek atmosfer menyebabkan nilai pantulan obyek di permukaan
bumi yang terekam oleh sensor menjadi bukan merupakan nilai aslinya, tetapi
menjadi lebih besar oleh karena adanya hamburan atau lebih kecil karena proses
serapan. Secara umum dapat dikatakan bahwa koreksi atmosfer
merupakan pengembangan dari koreksi absolut. Kelebihannya adalah pada
kemampuannya untuk memperbaiki gangguan atmosfer seperti kabut tipis, asap, dan
lain- lain.
Koreksi Radiometrik
dilakukan pada kesalahan oleh sensor dan sistem sensor terhadap respon detektor
dan pengaruh atmosfer yang stasioner. Koreksi
radiometrik dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau distorsi yang diakibatkan
oleh tidak sempurnanya operasi dan sensor, adanya atenuasigelombang
elektromagnetik oleh atmosfer, variasi sudut pengambilan data, variasisudut
eliminasi, sudut pantul dan lain-lain yang dapat terjadi selama
pengambilan, pengiriman serta perekaman data. Spesifikasi kesalahan
radiometric adalah:
1) Kesalahan sapuan akibat pemakaian Multi Detektor dalam mengindra
garis citra.
2) Memperkecil kesalahan pengamatan detektor yang berubah
sesuai perubahan waktu
3) Kesalahan berbentuk nilai digital yang mempunyai hubungan linier
dengan tingkat radiasi dan panjang gelombang elektromagnetik.
4) Koreksi dilakukan sebelum data didistribusi.
5) Koreksi dilakukan dengan kalibrasi cahaya yang keluar dari
detektor dengan mengarahkan scanner pada filter yang disinari secara
elektronik untuk setiap sapuan.
6) Kesalahan yang dapat dikoreksi otomatis adalah kesalahan
sistematik dan tetap, yang tetap diperkirakan sebelumnya.
7) Kesalahan garis scan dapat dikoreksi dengan penyesuaian
histogram tiap detector pada daerah-daerah homogeny misalnya diatas badan air,
apabilaada penyimpangan dapat diperbaiki.
8) Kesalahan bias atau pengaturan kembali detektor apabila mean dan
mediandetektor berbeda.
Koreksi radiometrik
oleh respon detektor dipengaruhi oleh jumlah detektor yang digunakan dalam
penginderaan jauh adalah untuk merubah radiasi yang ditangkap sensor menjadi
harga voltage dan kecerahan. Kesalahan yang ditimbulkan oleh detektor secara
individu adalah:
1) Line Dropout
terjadi apabila salah satu detektor salah fungsi pada satusapuan
, maka nilai kecerahan pada pixel-pixel tertentu berada pada satu baris
menjadi nol. Koreksi dilakukan pada setiap pixel dengan baris scan buruk.
Hasilnya adalah citra yang telah diinterpretasi pada setiap baris n yang lebih
mungkin diinterpretasi dari pada baris hitam horizontaldiseluruh citra.
2) Stripping atau bounding
terjadi apabila detektor tidak benar-benar salahtetapi meragukan
dan perlu dikoreksi atau direstorasi agar mempunyaikontras yang sama dengan
detektor yang lain pada setiap sapuan.Koreksinya adalah identifikasi garis
buruk pada setiap sapuanmenggunakan histogram dari tiap n detektor pada daerah
homogen.
3) Line start
terjadi
apabila dalam pengumpulan data sistem scanningmengalami kegagalan penyapuan di
awal garis scanning atau secara tiba-tiba detektor berhenti sehingga
mengakibatkan nilai kecerahan nol.Koreksi kesalahan dari line start dapat
dilakukan dengan interpolasi nilaikecerahan dari pixel hasil scan bagus. Namun
kesalahan yang terjadisecara acak sulit untuk dikoreksi.
Dengan kata lain, koreksi
radiometrik dilakukan agar informasi yang terdapat dalam data citra dapat
dengan jelas dibaca dan diinterpretasikan. Kegiatan yang dilakukan dapat
berupa:
1) Penggabungan
data (data fusion), yaitu
menggabungkan citra dari sumber yang berbeda pada area yang sama untuk membantu
di dalam interpretasi. Sebagai contoh adalah menggabungkan data Landsat-TM
dengan data SPOT.
2) Colodraping,
yaitu menempelkan satu jenis data citra di atas data yang lainya untuk membuat
suatu kombinasi tampilan sehingga memudahkan untuk menganalisa dua atau lebih
variabel. Sebagai contoh adalah citra vegetasi dari satelit ditempelkan di atas
citra foto udara pada area yang sama.
3) Penajaman
kontras, yaitu memperbaiki tampilan citra dengan memaksimumkan kontras antara
pencahayaan dan penggelapan atau menaikan dan merendahkan harga data suatu
citra.
4) Filtering,
yaitu memperbaiki tampilan citra dengan mentransformasikan nilai-nilai digital
citra, seperti mempertajam batas area yang mempunyai nilai digital yang sama
(enhance edge), menghaluskan citra dari noise (smooth noise), dan lainnya.
5) Formula,
yaitu membuat suatu operasi matematika dan memasukan nilai-nilai digital citra
pada operasi matematika tersebut, misalnya Principal
Component Analysis (PCA).
No comments:
Post a Comment