Sistem Proyeksi Peta Kartografis
Menurut Mas Sukoco
(1997), peta dalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau
kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi dan umumnya
digambar pada suatu bidang datar dengan pengecilan (diskalakan). Menurut
Mutiara (2004) suatu peta harus dapat memenuhi ketentuan geometrik sebagai
berikut :
1) Jarak
antara titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
2) Luas
permukaan yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
3) Besar
sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan
besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi
4) Bentuk
yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
Pada daerah yang
relatif kecil (30 km x 30 km) permukaan bumi diasumsikan sebagai bidang datar,
sehingga pemetaan daerah tersebut dapat dilakukan tanpa proyeksi peta dan tetap
memenuhi semua persyaratan geometrik. Namun karena permukaan bumi secara
keseluruhan merupakan permukaan yang melengkung, maka pemetaan pada bidang
datar tidak dapat dilakukan dengan sempurna tanpa terjadi perubahan (distorsi)
dari bentuk yang sebenarnya sehingga tidak semua persyaratan geometrik peta
yang ‘ideal’ dapat dipenuhi (Mutiara, 2004). Dalam hal ini volume elipsoid sama
dengan volume bola. Bidang bola inilah yang nantinya akan diambil sebagai
bentuk matematis dari permukaan bumi untuk mempermudah dalam perhitungan
(Prihandito, 1988).
Proyeksi Peta adalah
prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan di
permukaan bumi fisis bisa digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena
permukaan bumi tidak teratur maka akan sulit untuk melakukan
perhitungan-perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu diperlukan
pendekatan secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut. Model matematis
bumi yang digunakan adalah ellipsoid putaran dengan besaran-besaran tertentu.
(Mutiara, 2004). Menurut
Wongsotjitro (1982), pemilihan proyeksi peta perlu memperhatikan:
1) Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peta berhubung dengan penggunaan peta
1) Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peta berhubung dengan penggunaan peta
2) Besar
dan bentuk daerah di atas permukaan bumi yang akan dibuat petanya
3) Letak
daerah itu di atas permukaan bumi.
Secara garis besar,
klasifiksai proyeksi peta dapat digolongkan menurut pertimbangan yang dilakukan
(Prihandito, 1988).
A.
Pertimbangan
Ekstrisik
1.
Berdasarkan bidang
proyeksinya
a) Proyeksi
Zenithal/Azimuthal, bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola
pada kutub, equator atau sembarang tempat. Pada proyeksi ini dibedakan lagi
atas titik sumber dari pusat bumi :
v Gnomonis,
arah sinar dari pusat bumi.
v Stereografis,
arah sinar dari kutub yang berlawanan dengan titik singgung proyeksi.
v Orthografis,
arah sinar dari titik jauh tak terhingga.
b) Proyeksi
Cylindrical (silinder), parallel merupakan garis lurus horizontal dan semua
meridian berupa garis-garis lurus vertikal.
c) Proyeksi
Conic (kerucut), proyeksi kerucut yang normal mempunyai parallel yang melingkar
dan meridian berupa garis lurus yang radial (baik terutama untuk negara-negara
di lintang tengah).
Gambar
1. Bentuk proyeksi peta berdasarkan bidang proyeksinya
Sumber:http://earth.rice.edu/mtpe/geo/geosphere/topics/projections.jpg
2.
Ditinjau dari
persinggungannya:
a) Tangensial,
apabila bola bumi bersinggungan dengan bidang proyeksi.
b) Secansial,
apabila bola bumi berpotongan dengan bidang proyeksi.
c) Polysuperficial,
terdiri dari banyak bidang proyeksi, misalnya suatu seri dari kerucut.
3.
Ditinjau dari garis
karakteristik/kedudukan sumbu simetri:
a) Proyeksi
Normal, sumbu simetri berimpit dengan sumbu bumi.
b) Proyeksi
Transversal, sumbu simetri tegak lurus dengan sumbu bumi atau terletak pada
bidang ekuator.
c) Proyeksi
Miring (Oblique), sumbu simetri membentuk sudut terhadap sumbu bumi.
Gambar
2. Bentuk proyeksi peta berdasarkan bidang proyeksinya dan kedudukan sumbu
simetri
Sumber:
Mutiara (2004)
B. Pertimbangan Intrisik
1.
Berdasarkan kesalahan
sifat yang diperlihatkan:
a) Proyeksi
Equivalent, luas daerah yang dipertahankan.
b) Proyeksi
Conform, bentuk pada peta yang dipertahankan.
c) Proyeksi
Equidistan, jarak pada peta yang dipertahankan.
2.
Ditinjau dari
generasinya:
a) Geometris,
proyeksi perspektif atau sentral.
b) Matematis,
tidak dilakukan proyeksi, semuanya diperoleh dengan perhitungan matematis.
c) Semi
geometris, sebagian peta diproyeksikan secara geometris dan sebagian
titik-titik diperoleh dengan perhitungan matematis.
Proyeksi Peta
yang umum dipakai di Indonesia adalah Proyeksi Polyeder.Proyeksi
Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian
derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang
masing-masing berjarak 20′.
Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai
paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar.
Titik potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut
sebagi ‘titik . Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua
digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis
sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukangaris meridian
standarnya (λ 0).
Untuk
wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :
Ø Paralel
standar : dimulai dari I (ϕ 0 = 6°50′ LU)
sampai LI (ϕ 0 =10°50′ LU)
Ø Meridian
standar : dimulai dari 1 (λ 0 =11°50′ BT)
sampai 96 (λ 0 =19°50′ BT)
Ø Proyeksi
Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta (λ Jakarta =106°48′
27′′,79
BT)
Koordinat Bumi Latitude (Lintang), Longitude (Bujur)
Kali ini masuk
wilayahnya bidang geografi, yang banyak digunakan pula untuk kehidupan. Kalau
saya pikir kedepan, bila nanti mobil-mobil sudah tidak perlu sopir manual
karena menggunakan sistem autopilot seperti pesawat terbang atau kapal laut.
Dasar pemikirannya adalah bidang yang akan kita bahas sekarang. Kita akan
membahas mengenai Koordinat bumi yang biasa digunakan dalam bidang navigasi. Navigasi atau pandu arah adalah penentuan
kedudukan (position) dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau
di peta. Untuk menentukan posisi kita perlu tahu
koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada
peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis
dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni
perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem
koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu koordinat Geografis(Geographical
Coordinate) dan koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM).
Dalam menentukan koordinat kita perlu menggunakan latitude dan longitude.
Gambar 3. Koordinan
bumi pada lintang (latitude) dan
bujur (longitude)
Sumber : http://gametechon20.blogspot.com
Dalam geografi, garis lintang adalah garis khayal
yang digunakan untuk menentukan lokasi di Bumi terhadap
gariskhatulistiwa (utara atau selatan). Posisi lintang biasanya
dinotasikan dengan simbol huruf Yunani φ. Posisi lintang merupakan penghitungan
sudut dari 0°
di khatulistiwa sampai ke +90° di kutub utara dan
-90° di kutub selatan.
Bujur kadangkala
dinotasikan oleh abjad Yunani λ,
menggambarkan lokasi sebuah tempat di timur atau barat Bumi dari
sebuah garis utara-selatan yang disebut Meridian Utama.
Longitude diberikan berdasarkan pengukuran sudut yang
berkisar dari 0° di Meridian Utama
ke +180° arah timur dan −180°
arah barat. Bujur Barat dan
Bujur TImur merupakan garis khayal yang menghubungkan titik Kutub
Utara dengan Kutub
Selatan bumi dan menyatakan
besarnya sudut antara posisi bujur dengan garis Meridian. Garis Meridian
sendiri adalah bujur 0 derajat.
Kaitannya dengan sebuah file foto atau gambar
yang diperoleh dari kamera digital yang mempunyai fasilitas GPS, latitude dan
longitude ditunjukkan setiap derajat lintang dibagi menjadi
60 menit (satu menit lintang mendekati satu mil laut atau
1852 meter, yang kemudian dibagi lagi menjadi 60 detik. Untuk keakurasian
tinggi detik digunakan dengan pecahan desimal. Informasi ini dapat kita olah
menggunakan PHP dan kita masukkan kedalam program GIS yang
DAFTAR PUSTAKA
Earth
Rice. Projections. http://earth.rice.edu/mtpe/geo/geosphere/topics/projections.jpg
(diakses tanggal 16 Maret 2015, pukul 20.46 WIB)
Prasetyo,
Tyodio. Sistem Koordinat Bumi. http://gametechon20.blogspot.com/jpg
(diakses tanggal 16 Maret 2015, pukul 20.48)
Mutiara,
I. 2004. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Teknis Pengukuran Dan Pemetaan Kota.
Surabaya: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
No comments:
Post a Comment