Tuesday, June 23, 2015


Tugas Kelompok Presentasi  
 
KELOMPOK PENGINDERAAN CITRA DIGITAL
LAND USE AND LAND COVER
Disusun Untuk Membuat Tugas Mata Kuliah Penginderaan Citra Digital semester VI Tahun Akademik 2015/2016
Oleh :
Tiara Chika Maulida
10070312002
Aura Aulia Rahmah
10070312009
Titi Dwinanda Latin
10070312010
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015 M/1436




BAB 1
PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini berisikan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penulisan dan sistematika pembahasan terkait dengan studi kasus yang di kaji.

1.1            Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan lapangan kegiatan yang terus menerus dikembangkan karena mempunyai manfaat sebagai penunjang kehidupan manusia. Berkat hasil ilmu pengetahuan dan teknologi banyak segi kehidupan itu dipermudah.
Terjemahan : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” (Q.S. Al-Baqarah (2) : 31 )
Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 32)
Manusia, menurut Al-Quran, memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya dengan seizin Allah. Karena itu, bertebaran ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali pula Al-Quran menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang-orang yang berpengetahuan. Maka dari itu berilmu dan berpengetahuan yang luas lah dan sebarkan ilmu yang didapatkan agar ilmu yang didapatkan bermanfaat, dengan semakin berkembangnya teknologi  aktivitas yang dilakukan dapat terbagi atau teratur dengan baik. Selain itu pun juga alam semesta yang ada di bumi ini merupakan ciptaan Allah SWT dengan segala manfaat yang berguna. Alam semesta sendiri biasanya di sebut dengan penggunaan lahan dalam suatu bidang ilmu. Istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah penutup lahan (land cover). Penggunaan lahan biasanya meliputi segala  jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu. Penggunaan lahan merupakan aspek penting karena penggunaan lahan mencerminkan tingkat peradaban manusia yang menghuninya.

1.2            Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, diperoleh beberapa rumusan masalah mengenai GIS in Planning, yaitu:
1.    Apa yang dimaksud dengan Land Use dan Land Cover?
2.   Bagaimana hubungan antara Penginderaan Citra Digital dengan Land Use dan Land Cover dalam perencanaan?
3.    Apa yang mempengaruhi perubahan Land Use dan Land Cover?
4.    Bagaimana cara mengatasi dampak perubahan Land Use dan Land Cover?

1.3            Tujuan Penulisan
           Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diperoleh beberapa tujuan penulisan sebagai berikut.
1.      Mengetahui dan memahami tentang Land Use dan Land Cover.
2.     Mengetahui dan memahami mengenai hubungan antara Penginderaan Citra Digital dengan Land Use dan Land Cover dalam perencanaan.
3.     Mengetahui pengaruh perubahan Penginderaan Citra Digital dengan Land Use dan Land Cover.
4.      Mengetahui cara mengatasi dampak perubahan Land Use dan Land Cover.

1.4            Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penyusunan makalah ini sebagai berikut.
BAB 1  PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai Latar Belakang, Identifikasi Masalah dan Tujuan Penulisan dan Sistematika Pembahasan.
BAB 2  DASAR TEORI
Bab ini menjelaskan tentang kajian teori pengertian Land Use dan Land Cover, klasifikasi pengunaan lahan, Perubahan Land Use dan Land Cover, sistem informasi geografis.
BAB 3  PEMBAHASAN  
Bab ini menjelaskan tentang Land Use dan Land Cover dalam perencanaan serta membahas mengenai studi kasus.
BAB 4  KESIMPULAN
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan pembahasan dan studi kasus.
  
BAB 2
DASAR TEORI

Dalam bab 2 ini terdapat teori-teori yang menjadi dasar dalam pembahasan data dan analisis pada tugas ini. Teori yang digunakan dalam tugas ini diuraikan dalam runutan yaitu teori land use dan Landcover, dan penjelasan mengenai beberapa aplikasi dan analisis berbasiskan Sistem Informasi (SIG).

2.1               Pengertian Land Use dan Land Cover
Menurut Barret dan Curtis pada (Sanjaya, 2006), Land Cover (Tutupan Lahan) adalah kenampakan alamiah bumi seperti vegetasi, biota, tanah, topografi, gunung, hutan, air bawah tanah, struktur buatan manusia, dan sebagainya. Dengan kata lain Land Cover merupakan hamparan biofisik dari sebagian permukaan bumi termasuk di bawahnya. Sedangkan Land Use (Tata Guna Lahan) adalah kenampakan bumi hasil aktivitas manusia, seperti sawah, ladang, tempat rekreasi, bangunan dan sebagainya. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa Land Use mengacu pada kenampakan bumi atau tutupan lahan bumi yang digunakan untuk aktivitas manusia, sedangkan Land Cover mengacu pada kenampakan alamiah bumi tanpa adanya aktivitas manusia (Muttaqin, 2008).
2.1.1         Klasifikasi Penggunaan Lahan
Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahami. Sedangkan para ahli berpendapat Penggunaan lahan yaitu segala macam campur tangan manusia, baik secara menetap maupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun kedua-duanya (Malingreau, 1978).
Pengelompokan objek-objek ke dalam kelas-kelas berdasarkan persamaan dalam sifatnya, atau kaitan antara objek-objek tersebut disebut dengan klasifikasi. Menurut Malingreau (1978), klasifikasi adalah penetapan objek-objek kenampakan atau unit-unit menjadi kumpulan-kumpulan di dalam suatu sistem pengelompokan yang dibedakan berdasarkan sifat-sifat yang khusus berdasarkan kandungan isinya. Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahami.
Sistem klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan adalah sistem klasifikasi penggunaan lahan menurut Malingreu. Dalam suatu kerangka kerja, menurut Dent (1981) dalam membuat klasifikasi penggunaan lahan dibagi menjadi tingkatan-tingkatan yang terbagi menjadi kelompok-kelompok sebagai berikut :
a.      Land cover/land use Order (cover type)
b.      Land cover/land use Cover Classes
c.      Land cover/land use Sub-Classes
d.      Land cover/land use Management Units (comparable to land utilization types).
Dari klasifikasi tersebut oleh Malingreu diubah menjadi 6 kategori sebagai berikut :
v         Land cover/land use Order e.g. vegetated area
v         Land cover/land use Sub-Order e.g. cultivated area
v         Land cover/land use Family e.g. permanently cultivated area
v         Land cover/land use Class e.g. Wetland rice (sawah)
v         Land cover/land use Sub-Class e.g. irrigated sawah
v         Land Utilization Type e.g. continous rice.
Sebuah penggunaan lahan dan tutupan lahan sistem klasifikasi yang efektif dapat menggunakan orbital dan tinggi-ketinggian. Data sensor jarak jauh harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Anderson, 1971):
v    Tingkat minimum ketelitian interpretasi dalam identifikasi penggunaan lahan dan tutupan lahan kategori dari data sensor remote harus setidaknya 85 persen.
v        Ketepatan interpretasi untuk beberapa kategori harus sekitar sama.
v     Hasil Repeatable atau berulang harus diperoleh dari satu juru lain dan dari satu waktu penginderaan yang lain.
v        Sistem klasifikasi harus berlaku di daerah yang luas.
v        Kategorisasi harus memungkinkan vegetasi dan jenis-jenis tutupan lahan yang akan digunakan sebagai pengganti aktivitas.
v     Sistem klasifikasi harus cocok untuk digunakan dengan data sensor remote yang diperoleh pada waktu yang berbeda tahun.
v     Efektif menggunakan subkategori yang bisa diperoleh dari survei tanah atau dari penggunaan skala yang lebih besar atau data sensor remote ditingkatkan harus mungkin.
v        Agregasi kategori harus mungkin.
v        Perbandingan dengan data penggunaan lahan di masa depan harus mungkin.
v        Penggunaan beberapa tanah harus diakui bila memungkinkan.
2.1.2         Perubahan Land Use dan Land Cover
Menurut Malingreau (1979), penggunaan lahan merupakan campur tangan manusia baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual maupun gabungan keduanya. Penggunaan lahan merupakan unsur penting dalam perencanaan  wilayah. Bahkan menurut Campbell (1996), disamping sebagai faktor penting dalam perencanaan, pada dasarnya perencanaan kota adalah perencanaan penggunaan lahan.
Kenampakan penggunaan lahan berubah  berdasarkan waktu, yakni keadaan kenampakan penggunaan lahan atau posisinya berubah pada kurun waktu tertentu. Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi secara sistematik dan non-sistematik. Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang, yakni tipe perubahan penggunaan lahan pada lokasi yang sama. Kecenderungan perubahan ini dapat ditunjukkan dengan  peta multiwaktu. Fenomena yang ada dapat dipetakan berdasarkan seri waktu, sehingga perubahan penggunaan lahan dapat diketahui. Perubahan non-sistematik terjadi karena kenampakan luasan lahan yang mungkin bertambah, berkurang, ataupun tetap. Perubahan ini pada umumnya tidak linear karena kenampakannya berubah-ubah, baik penutup lahan maupun lokasinya (Murcharke, 1990).
Penggunaan lahan mencerminkan sejauh mana usaha  atau campur tangan manusia dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungannya. Data penggunaan/tutupan lahan ini dapat disadap dari foto udara secara relatif mudah, dan perubahannya dapat diketahui dari foto udara multitemporal. Teknik interpretasi foto udara termasuk di dalam sistem penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1997).
Pada konsep dasar, perubahan pada land use & cover, yaitu berubahnya luasan area (membesar/mengecil) pada suatu tutupan dan guna lahan. Penting diketahui, besarnya perubahan ini bergantung juga pada skala spasial yang digunakan. Perubahan pada Land Use & Cover, terdiri dari 2 bentuk:
1)    Land Cover Conversion
Land Cover Conversion yaitu perubahan dari satu jenis penutup lahan ke jenis lainnya. Contohnya forest > agriculture land, agriculture land > built-up land
2)    Land Cover Modification
Land Cover Modification yaitu perubahan pada struktur dan fungsi lahan tanpa merubah jenis tutupan lahan dari satu ke lainnya. Contohnya lahan agricultural (pertanian) ditanami palawija (perkebunan), ini merubah produktivitas dan kadar biomassa.

 Gambar 2.1 Skematik Hubungan Land Use dan Land Cover
(Sumber: googlepicture.com)

Land Use Change dan Land Cover Change saling mempengaruhi satu sama lain, hal ini dapat dilihat pada penjelasan berikut.
Ø  LC Change > LU Change
Agriculture ke Built-up land (persekolahan), karena adanya demand akan kawasan sekolah, lahan tani berubah jenis sehingga berubah fungsi pakai.
Ø  LU Change > LC Change
Kawasan Pelabuhan yang pada awalnya digunakan sebagai tempat berlabuh kapal penumpang dan barang, seiring waktu berubah menjadi kawasan komersial bahkan kawasan tourist development, contohnya Selat Malaka.
Asal mula faktor pendorong perubahan guna dan tutupan lahan yaitu sebagai berikut.
1)    Faktor Biofisik
Faktor Biofisik yaitu karakter dan proses alami dari lingkungan, seperti cuaca variasi iklim, landform, topography, soil types, dan sebagainya.
2)    Faktor Sosio-Ekonomi
Meliputi demografi, sosial, ekonomi, faktor-faktor politik dan kelembagaan, dan proses seperti perubahan populasi, struktur industri dan perubahannya, teknologi, keluarga, pasar, aturan, nilai-nilai, organisasi masyarakat dan norma-norma.  
Faktor utama berkontribusi dalam proses perubahan yaitu sebagai berikut.
1)    Human Driving Forces
Human driving forces merupakan kekuatan utama yang merupakan dasar dari kekuatan sosial yang menghubungkan antara manusia dengan alam dan menyebabkan perubahan lingkungan secara global.
2)    Human Mitigation Forces
Human mitigation forces yaitu merupakan kekuatan yang menghambat, mengubah atau melawan human driving forces.
3)    Proximate Driving Forces
Proximate driving forces merupakan aktifitas akhir yang merupakan hasil gabungan antara interaksi faktor pendorong manusia dan faktor pencegahnya yang secara langsung menyebabkan transformasi lingkungan, baik melalui penggunaan sumber daya alam.
Gambar 2.2 Skematik Hubungan Antar Faktor Utama
(Sumber: googlepicture.com)

Guna lahan dan tutupan lahan dihubungkan melalui proximate causes of change, yang menterjemahkan target manusia dalam guna lahan ke dalam perubahan secara fisik tutupan lahan. Perubahan lahan yang menyebabkan perubahan tutupan lahan dibentuk oleh human driving yang menentukan arah dan intensitas dari guna lahan (Turner dan Meyer, 1994).
Gambar 2.3 Hubungan Antara Manusia dengan Land Use dan Land Cover
(Sumber: googlepicture.com)

Penggunaan foto udara sebagai sumber informasi sudah meluas dalam berbagai aplikasi. Hanya saja untuk dapat memanfaatkan foto udara tersebut diperlukan kemampuan mengamati keseluruhan tanda yang berkaitan dengan objek atau fenomena yang diamati. Tanda-tanda tersebut dinamakan kunci  pengenalan atau biasa disebut dengan unsur-unsur interpretasi. Unsur-unsur tersebut meliputi : rona/warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, situs, asosisasi, dan konvergensi bukti (Sutanto, 1997). Untuk dapat melakukan interpretasi penggunaan lahan secara sederhana dan agar hasilnya mudah dipahami oleh orang lain (pengguna), diperlukan panduan kerja berupa sistem klasifikasi penggunaan lahan/tutupan lahan.

2.2            Sistem Informasi Geografis
Menurut Stanley Aronoff dalam pustaka (Prahasta, 2009), sistem informasi geografis adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geogradi. Sistem informasi geografis dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisa. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi :
a.      Masukan data
b.      Manajemen data (Penyimpanan dan pemanggilan data
c.      Analisis dan manipulasi data
d.      Keluaran data
SIG mampu melakukan analisis-analisis terhadap dunia nyata dengan berbasiskan data spasial
2.2.1     Aplikasi SIG
Dengan memperhatikan pengertian, definisi-definisi dan cara kerja, maka SIG mampu :
1.       Pertanyaan Konseptual (queries)
Pertanyaan konseptual yang dapat dilakukan oleh SIG antara lain :
v  Mencari keterangan (atribut-atribut) mengenai unsur peta yang terdapat pada lokasi tertentu atau posisi-posisinya ditentukan
v   Mengidentifikasi unsur peta yang deskripsinya (salah satu atau lebih attributnya) ditentukan SIG dapat menentukan lokasi yang memenuhi beberapa syarat atau kriteria sekaligus
v    Melakukan analisis kecenderungan perubahan atau trend spasial maupun attribut dari berbagai unsur-unsur peta
2.    Fungsi Analisis Spasial
a.      Klasifikasi (reclassify)
Fungsi ini mengklasifikasikan kembali suatu data spasial atau attribute menjadi data spasial yang baru dengan menggunakan kriteria tertentu. Contohnya pengklasifikasian ketinggian permukaan bumi menjadi kriteria kemiringan tertentu.
b.      Network (jaringan)
Fungsi ini merujuk data spasial titik-titik (point) atau garis-garis (lines) sebagai suatu jaringan yang tidak terpisahkan. Fungsi-fungsi ini sering digunakan di dalam bidang transportasi dan utility  (misalnya jaringan kabel, jaringan pipa dan lain-lain). Slah satu aplikasi fungsi network adalah perhitungan jarak terdekat antara dua titik.
c.      Overlay
Fungsi ini menghasikkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang menjadi masukkannya. Sebagai contoh, untuk menghasilkan wilayah-wilayah untuk budidaya tanaman dibutuhkan data ketinggian, kadar air tanah, dan jenis tanah.
d.      Buffering
Fungsi ini menghasilkan data spasial baru yang berbentuk polygon atau zona dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukkannya. Data spasial masukan tersebut akan menjadi pusat dari zona baru yang terbentuk.
e.      3D Analysis
Fungsi ini terdiri dari  sub-sub fungsi yang berhubungan dengan presentasi data spasial dalam ruang dimensi. Fungsi analisis spasial ini banyak menggunakan fungsi interpolasi.
f.       Digital Image Processing
Fungsi ini dimiliki oleh perangkat SIG yang berbasiskan raster. Karena data spasial pemukaan bumi banyak didapatkan dari perekaman data satelit yang berformat raster.
2.2.2         Interpretasi Citra Digital
Citra digital merupakan data rekaman sensor representasi dua dimensi dari objek di dunia nyata terihat dari ruang angkasa atau foto udara. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, citra digital memiliki resolusi yang berbeda-beda. Citra di digital memiliki resolusi yaitu resolusi spasial, resolusi radiometrik, resolusi temporal dan resolusi spektral.
1.    Resolusi Spasial
Resolusi spasial adalah tingkat ukuran objek terkecil di permukaan bumi yang dapat dikenali, dibedakan yang dibatasi oleh ukuran pixel. Sebagai contoh, Landsat ETM memiliki resolusi 30 meter, dengan kata lain, satu pixel dalam citra Landsat ETM memiliki jarak terkecil 30 m.
2.    Resolusi Radiometrik
Resolusi radiometrik merupakan tingkat intensitas terkecil yang dapat dideteksi oleh sistem sensor satelit yang bersangkutan. Pada citra digital, resolusi ini dibatasi oleh tingkat kuantisasi diskrit yang digunakan untuk mendigitasi hasil intensitas yang sebenarnya bersifat kontinyu. Dengan kata lain, resolusi radiometrik pada citra digital diwakili oleh tipe yang digunakan untuk merepresentasikan nilai-nilai intensitas yang bersangkutan, seperti 8 bit – 16 bit dan sejenisnya.
3.    Resolusi Temporal 
Resolusi temporal merujuk pada sistem satelit saat melakukan pengampilan gambar citra digital pada bagian permukaan bumi yang sama secara berurutan. Sebagai contoh, resolusi temporal Landsat 5 adalah 16 hari, dengan kata lain satelit landsat dapt mengambil gambar yang sama setiap 16 hari.
4.    Resolusi Spektral
Resolusi spektral merupakan batas-batas spektral, domain atau lebar band (radiasi elektromagnetik) yang direkam oleh system sensor satelit yang bersangkutan. Dengan kata lain, resolusi ini merujuk pada kemampuan sensor dalam mendefinisikan interval panjang gelombang elektromagnetik secara halus.

 
BAB 3
PEMBAHASAN

Secara global, kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat telah memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan lebih di negara-negara berkembang, seperti India yang berjuang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi untuk mempertahankan populasi manusia yang terus tumbuh. Hal ini mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam akibat kegiatan seperti deforestasi, secara berlebihan, budidaya lahan marjinal, pertambangan dan industrialisasi untuk pertemuan meningkatnya permintaan untuk makanan, bahan bakar dan serat. Secara global, 1964400000 ha lahan dipengaruhi oleh manusia yang disebabkan degradasi (Dwivedi 2002). India diberkahi dengan beragam sumber daya mineral dan industri pertambangan sehingga merupakan salah satu industri utama negara (Mehta, 2002). Kehadiran deposit mineral besar ekologis sensitif daerah mengancam hutan India sudah rentan. Total luas hutan di 50 kawasan memproduksi mineral utama di India menyumbang 18% dari total tutupan hutan di negara itu. Pemerintah memperkirakan menunjukkan pengalihan 95.003 ha lahan hutan untuk pertambangan antara tahun 1980 dan 2005, sementara CSE menempatkan ke 164.610 ha (CSE 2009; Greenpeace 2011). Namun, kurangnya teknologi yang ramah lingkungan telah menyebabkan host efek yang tidak diinginkan pada ekosistem.
Operasi pertambangan, yang melibatkan ekstraksi mineral dari kerak bumi, cenderung membuat dampak penting terhadap lingkungan, lansekap dan komunitas biologis bumi (Bell et al. 2001) dampak an dapat dilihat dalam bentuk deforestasi, air dan polusi udara, perubahan pola curah hujan dan iklim setempat, depleting keseimbangan air dan banyak lainnya (Mehta 2002; Reddy 1993). Daerah besar negara terganggu oleh pertambangan dan kegiatan antropogenik lainnya yang melibatkan produksi industri, transportasi dan pertumbuhan perkotaan (Pandey 2005; Reddy 1993). Singrauli, ibukota energi India terdiri dari salah satu coalfields paling penting di India, baik dari segi cadangan dan produksi.
Kegiatan tambang skala besar telah menghasilkan banyak stres lingkungan tidak hanya pada LULC tapi juga pada ekosistem di wilayah ini (Greenpeace 2011;. Singh et al 1997). Yang sedang berlangsung eksploitasi daerah untuk air permukaan, air tanah, batubara, bahan bangunan, pembuangan limbah industri yang tidak aman telah mengatakan bahwa album ini sebagai zona sensitif lingkungan (Singh et al. 2003). Kegiatan pertambangan telah mengakibatkan pembuangan besar overburden yang dikenal sebagai tambang merusak, yang secara fisik, gizi dan mikrobiologi merupakan habitat yang miskin. Sistem ini terganggu drastis sangat rentan terhadap erosi dan dapat menyebabkan kontaminasi sungai dan berbatasan lahan pertanian dengan zat berbahaya yang dapat larut melalui air hujan (Singh, 2007). Selain itu, penambangan batu gamping, pembentukan pembangkit listrik termal, pabrik semen dan pembangunan Gobind Ballabh Pant Sagar Reservoir pada tahun 1960 telah mengakibatkan peningkatan pesat populasi manusia, perpindahan penduduk asli, deforestasi dan konversi hutan alam ekosistem ke padang rumput dan lahan pertanian marjinal.
Ekosistem dikonversi berada di bawah tekanan biotik besar. Curah hujan sedikit dan tidak menentu, tanah sangat lapuk dan miskin, dan akibatnya hutan alam, serta ekosistem yang berasal rapuh. Tanda-tanda penggurunan yang luas (Singh et al. 1991). Oleh karena itu, adalah penting untuk menganalisis dampak tersebut dalam hal domain spasial dan temporal dan dengan waktu, pentingnya pemetaan dan pemantauan perubahan LULC telah banyak diakui oleh komunitas ilmiah. Penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (GIS) adalah alat penting untuk menilai dan memantau dampak lingkungan akibat cakupan sinoptik dan cakupan berulang ruang ditanggung citra ke mendeteksi perubahan di berbagai resolusi dan dengan demikian menghasilkan informasi tentang dinamika perubahan LULC untuk perencanaan suara dan pengambilan keputusan biaya-efektif (Giriraj et al 2008; Joshi et al 2006; Navalgund et al 2007; Prakash & Gupta 1998; Ricketts 1992 ).
Menjaga di atas dalam pandangan, upaya yang dilakukan untuk memetakan distribusi spasial dari kegiatan pertambangan dengan bantuan LULC dan mengukur perubahan dari waktu ke waktu di distrik Singrauli, Madhya Pradesh menggunakan citra satelit multi-tanggal selama tiga periode waktu, yaitu, tahun 1978, 1991 dan 2010. Upaya juga dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan LULC tentang dampak lanskap menggunakan Markov probabilitas transisi dan lanskap metrik.
 
3.1              Studi Kasus
Distrik Singrauli muncul pada tanggal 24 Mei 2008, sebagai distrik ke-50 negara bagian Madhya Pradesh, dengan kantor pusatnya di Waidhan. Telah dibentuk dengan memisahkan tiga tehsils distrik Sidhi bekas, yaitu, Singrauli, Deosar dan Chitrangi. Singrauli adalah Kawasan paling timur negara bagian Madhya Pradesh dan berbatasan dengan negara bagian Uttar Pradesh di utara dan bagian timur, Chhattisgarh di selatan dan bagian barat berbatasan dengan Kawasan tetangga Sidhi, Madhya Pradesh (Gbr. 1). Distrik ini meliputi area seluas 5.672 km2 dan memiliki populasi manusia dari 1,18 juta menurut sensus 2011. Pada dekade (2001 - 2011) laju pertumbuhan penduduk diperkirakan 28,03%. Iklim yang musiman tropis dengan suhu mencapai hingga 48 ° C selama bulan Juni dan turun ke 6 ° C pada bulan Januari. Curah hujan bervariasi dari 90 -100 cm, 90% di antaranya terjadi antara bulan Juni dan September (Singh 2007). Daerah ini terdiri dari dua unit geomorfologi yang berbeda, daerah dataran tinggi yang terdiri dari daerah yang dicakup oleh blok pertambangan di bagian utara dan dataran di bawah dataran tinggi dibentuk terutama oleh lembah Sungai Rihand dan anak-anak sungainya. Topografi bergelombang telah melahirkan berbagai jenis tanah di ketinggian yang berbeda. Ini bervariasi dari liat pasir tanah liat. Warna tanah ini bervariasi dari merah ke kuning (Das et al. 2007). Tempat sebelumnya dikenal sebagai Shringavali, dinamai bijak Shringi, itu sekali waktu yang dicakup oleh moderat kepadatan yang baik hutan gugur kering dengan banyak hewan liar. Saluran yang menanggung tekanan berat dari penggembalaan serta koleksi kayu bakar oleh masyarakat setempat (Singh 2007). Jenis hutan yang tercatat di daerah penelitian yang kering hutan Semenanjung Sal, Northern kering hutan gugur campuran, hutan Boswellia dan Selatan Kering Campuran hutan gugur (Das et al. 2007). Beberapa spesies utama di hutan ini Acacia catechu, Anogeissus latifolia, Palasa, Diospyros melanoxylon, Bassia latifolia, Bungur parviflora, Terminalia bellirica, Boswellia serrata, Holarrhena antidysenterica dan Dendrocalamus strictus (Singh 2007). Daerah di bagian timur dari Madhya Pradesh dan bagian selatan berbatasan Kawasan Sonebhadra di Uttar Pradesh secara kolektif dikenal sebagai Singrauli. Ini memiliki cadangan batubara terbesar di India. Pemandangan dari Singrauli demikian ditandai dengan GB Pant Sagar atau Rihand Reservoir dan tambang batubara yang luas, beberapa pembangkit listrik yang super panas dan baik jumlah industri (Pandey 2005).

3.2         3.2       Hasil dan Diskusi

Gambar 3.1 Contoh Perubahan Land Use dan Land Cover pada kawasan Singrauli
(Sumber: googlepicture.com)

Tabel 1 

Gambar diatas menggambarkan sembilan kelas LULC disusun untuk yaitu tiga periode pada tahun 1978, 1991 dan 2010. Daerah yang tercakup dalam masing-masing kelas dan perubahan di daerah diberikan dalam Tabel 1. Tiga kelas hutan yaitu, hutan lebat (kerapatan kanopi lebih dari 40%), hutan terbuka (kerapatan kanopi antara 10 dan 40%) dan scrub (kerapatan kanopi kurang dari 10%) (FSI 2010) yang diturunkan berdasarkan interpretasi citra satelit dan kebenaran tanah. Ditemukan bahwa daerah punggungan yang lebih tinggi terutama ditutupi oleh hutan lebat atau terbuka saat tanah scrub yang ditemukan di daerah dataran rendah. Dataran dan dataran rendah yang didominasi oleh lahan pertanian dan lahan bera. Daerah dibangun yang didistribusikan dengan baik di seluruh wilayah, sebagian besar dari mereka terjadi di sekitar lahan pertanian. Di antara tahun 1978 dan 2010 daerah di bawah hutan lebat dan hutan terbuka telah menurun, sementara semak belukar meningkat selama tahun 1978 dan 1991 dan kemudian menurun antara tahun 1991 dan 2010. Perubahan ini dapat sebagian besar disebabkan deforestasi dan degradasi awalnya tapi penipisan selama dekade terakhir. Vegetasi alami di daerah Singrauli telah menderita kerugian besar akibat tambang batu bara, makan unit tenaga panas dan juga karena dampak buruk pada vegetasi karena partikulat deposisi dll dan situasi lingkungan yang sulit untuk bertahan hidup (Pandey 2005). Area di bawah lahan pertanian dan daerah built-up menyaksikan peningkatan yang konstan selama bertahun-tahun. Area di bawah tambang meningkat secara signifikan dari 4,82 km2 pada tahun 1978 ke area 33,29 km2 pada tahun 2010. Peningkatan aktivitas pertambangan menyebabkan pertumbuhan populasi manusia dengan peningkatan yang sesuai di daerah built-up dan lahan pertanian. Pembentukan proyek tenaga panas super (Sharma & Singh 2009;. Singh et al 1997) mengakibatkan peningkatan substansial dalam populasi manusia (Pandey 2005;. Singh et al 1991) karena migrasi dari perbatasan dan tempat-tempat jauh (Pandey 2005). Data lapangan yang digunakan untuk menghitung akurasi LULC peta 2010 menggunakan metode umum 'kebingungan matriks' (Zhou et al. 2004). Akurasi keseluruhan peta adalah 78,92% dengan koefisien Kappa dari 0,73.

3.3              Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan untuk perubahan penggunaan lahan adalah citra satelit dari analisis Landsat MSS, TM dan IRS LISS-III untuk periode tiga waktu yang digunakan. Seri Landsat (MSS dan TM) data yang tersedia dengan Global Land Penutup Jaringan (GLCF) digunakan untuk memetakan LULC 1978 dan 1991 masing-masing. Perubahan terbaru dipetakan menggunakan IRS P6 LISS III data 2010, diperoleh dari Penginderaan Jauh Pusat Nasional (NRSC), Hyderabad. IRS P6 LISS III citra tahun 2010 geometris dikoreksi dengan menggunakan orto-dikoreksi citra seri Landsat sebagai acuan dan geo-referenced ke UTM sistem koordinat (Zona 44), WGS84 datum. Tiga periode waktu diperbaiki adegan dipotong berdasarkan batas kawasan menggunakan alat AOI di Erdas. Penggunaan lahan / klasifikasi tutupan lahan karena resolusi spasial dan spektral sensor yang berbeda bervariasi secara signifikan, kemampuan untuk membedakan tutupan lahan juga sangat bervariasi (Zhou et al. 2004). Untuk menghilangkan efek dari berbagai resolusi spektral dari gambar masukan, standard FCCS (warna komposit palsu) yang dihasilkan untuk pemetaan penggunaan lahan (Prakash & Gupta 1998). Citra satelit 1978, 1991 dan 2010 adalah layar visual ditafsirkan dan diklasifikasikan menggunakan klasifikasi tak terawasi (ISODATA teknik) dalam perangkat lunak Erdas. Gambar rahasia yang dibersihkan dengan menggunakan proses recode. Pemukiman, badan air dan sungai ditangkap secara terpisah menggunakan alat AOI dan kemudian direcode (Areendran et al. 2011). Verifikasi lapangan dari hasil akhir dilakukan untuk menghitung akurasi LULC saat tahun 2010 dan untuk lebih memahami dinamika perubahan. Survei lapangan dilakukan di musim hujan pasca. Titik acak dipilih dan di setiap lokasi pola penggunaan lahan yang ada dan informasi koordinat tercatat turun dengan bantuan Global Position System (GPS).
 
  
BAB 4
KESIMPULAN

Dalam perencanaan dan pengembangan suatu wilayah, diperlukan antara lain peta tutupan lahan. Dalam pembuatan peta tutupan lahan, dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, misalnya dengan menganalisa melalui citra digital dengan menggunakan analisis Landsat MSS, TM dan IRS LISS-III untuk periode tiga waktu yang digunakan. Sebab suatu kawasan dapat dianalisa perubahannya melalui citra digital dengan melihat periode dari tahun ke tahun.
Perubahan penggunaan lahan Kawasan Sangrauli berdasarkan interpretasi penginderaan citra digital dilihat dari tiga periode pada tahun 1978, 1991 dan 2010 pada bab sebelumnya diketahui bahwa terjadinya peningkatan lahan terbangun pada sekitar kawasan pertanian dan terjadinya penurunan luas lahan hutan lebat dan hutan terbuka.
             Jadi penginderaan citra digital sangat berguna untuk menggambarkan dan meninjau perubahan suatu kawasan serta melihat kondisi potensi suatu kawasan, baik dari segi Land Use maupun Land Cover. Oleh karena itu, perlu seorang perencana untuk mempelajari penginderaan citra digital dan mengaplikasikannya pada tata ruang agar terciptanya ruang yang aman, nyaman, dan produktif, serta berkelanjutan.


DAFTAR REFERENSI

http://jembatan4.blogspot.com/2013/08/klasifikasi-penggunaan-lahan-dan.html. Diunduh pada tanggal 9 April 2015. Pukul 19.08 WIB
http://punyauchti.blogspot.com/2013/05/tata-guna-lahan-land-use.html. Diunduh pada tanggal 9 April 2015. Pukul 19.10 WIB.
http://www.lib.ncsu.edu/gis/lulc.html. Diunduh pada tanggal 9 April 2015. Pukul 19.15 WIB.